Skeptisme Populisme Islam dalam Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Dewasa ini media terasa bising sekali dengan nuansa politik agama, di mana agama menjadi bahan renyah untuk diperbincangan, seakan isu agama menjadi tren yang populis. Dalam beberapa hari terakhir media dihebohkan dengan isu pembakaran bendera berkalimat TAUHID yang dianggap sakral sehingga tak sedikit orang muslim melakukan gerakan pemberontakan, lalu apakah peristiwa tersebut dapat dikategorikan sebagai populisme agama?

Populisme sendiri dalam bahasa Latin ialah rakyat, yakni secara sederhananya paham yang mengutamakan kepentingan rakyat. Populisme diawali dalam tradisi politik barat populisme mulai muncul dalam literatur pada abad 1930-an di Amerika Latin seusai perang dunia ke-2, di mana muncul gerakan populis baru yang memuncak seiring Juan Domingo Peron (1895-1974) ,bersama istri pertamanya Eva De Peron (1919-1952) dan istri keduanya Maria Estele (1931-)

Dalam sebuah seminar refleksi filosofi terhadap populisme agama fakultas filsafat Universitas Gajah Mada RM Haryatmoko,SJ mengatakan bahwa  populisme dapat diartikan dalam tiga macam; pertama, populisme merupakan suatu sentimen kritis terhadap rejim yang berkuasa yang dianggapnya tidak menjalankan kepentingan-kepentingan rakyat. Kedua, populisme diartikan sebagai bentuk perjuangan atau gerakan politik. Ketiga, populisme diartiakan sebagai upaya pembelaan rakyat dalam demokrasi representatif yang dianggap tidak aspiratif lagi, dan Keempat, populisme diartikan kepiawaian menggunakan demogogi, dan retorika.

Demagog sendiri diartikan sebagai orang yang piawai meminjam suaranya pada rakyat atau kata lain dari penghasut yang mengacu pada seorang pemimpin yang menyesuaikan situasi, dan emosi rayat lalu situasi, dan emosi tersebut diejawantahkan untuk melawan stabilitas negara. Dalam dunia politik merayu atau menghasut berarti mematikan realitas untuk menghasilkan tipu-daya yang nantinya mengakibatkan terjadinya jawaban-jawaban yang instan atau selalu mengembalikan pada hal-hal magic (termanipulasi) sehingga bukan atas dasar pengetahuan akan tetapi atas dasar keyakinan atau agama. Hal ini pun dapat menjadi acuan dari populisme agama yang membawa keentitasan agamanya sehingga menjadi populer. Bahanya dalam hal tersebut bagaimana manipulasi ini menyerang ekspresi berpikir, menyusup di antara opini dan nilai keyakinan sehingga seorang yang memiliki gagasan atau ekspresi berpikir tersebut sulit membedakan, dan menjadikan buta akan realitas.

Populisme macam ini lah yang sering ditemui dalam perkembangan populisme di Indonesia, berangkat dari peristiwa penggulengan terselubung terhadap pemimpin yang beretniskan China menjadi sebuah simbol signifikansi perkembangan populisme agama di Indonesia. Di mana peristiwa itu ditandai dengan banyak sentimen-sentimen dan retorika populis anti-china yang digardai oleh pemimpin GNPF-MUI (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI) dan FPI (Front Pembela Islam) yang sekaligus juga para pemuka atau pemimpin agama, “ adalah bukti nyata bahwa populisme agama menjadi populer. Peristiwa ini mengharuskan Basuki Tjahaja Purnama atau yang sering disapa “Ahok” kandas dalam penjara atas dasar dorongan masyarakat yang diyakini sebagai penista agama.

Senada dengan peristiwa di atas bagaimana akhir-akhir ini Indonesia diramaikan dengan video amatir peristiwa pembakaran bendera TAUHID yang dilakukan oleh beberapa anggota Banser di Garut. Video amatir tersebut pun sangat populer dan digandrungi oleh banyak umat muslim karena diyakini sebagai tindakan di luar moral agama, tidak sedikit masyarakat muslim yang mengecamnya, padahal pada kenyataannya peristiwa pembakaran itu pun belum tentu kebenarannya sesuai yang diprasangkakan atau dengan alasan masih dalam proses hukum. Lantas bagaimana peristiwa tersebut kian popular? Tak ayal secara prinsiple peristiwa tersebut sangat populer sejalan dengan banyak sentimen-sentimen dan retorika oleh para pemimpin agama yang menggaungkan bahwa tindakan tersebut dianggap penghinaan terhadap agama.

Jika berpikir politis kejadian ini hampir serupa pada contoh di atas bagaimana peristiwa ini terjadi tepat pada momentum menjelang pesta demokrasi sehingga sulit dihindarkan dalam prasangka-prasangka politis yang ada, dan terlebih lagi diantara pemimpin agama tersebut pun memiliki kedekatan emisional dengan salah satu kandidat presiden pada pesta demokrasi yang akan datang. Dalam populisme agama memang para pemimpin, yang memiliki power atau elit sendiri diyakini dapat menentukan standar moral tertentu di seluruh elemen masarakat, bahkan tanpa disadari tindakan tersebut menuai fregmentasi masyarakat itu sendiri.

Menurut Robert W. Hefner menjabarkan bahwa populisme agama muncul akibat dari krisis kewarganegaraan yang inklusif dan mudah diadaptasi dalam tingkat lokal. Ditambah faktor lain dari populisme sendiri yaitu retorika kaum populisme bersifatkan inteloran, rasis, dan xenophobia. Hal ini sejalan yang dikutip Human Right Watch yang berjudul “the dangerous of populisme”, terlihat bagaimana dalam populisme merokontruksikan demos atau rakyat sebagai entitas yang ideal.

Sehingga dalam tulisan ini setidaknya kita dapat menyimpulkan bahwa populisme agama merupakan suatu paham kerakyatan yang populer dan menimbulkan gerakan masyarakat itu sendiri atas dasar sentimen-sentimen dan retorika agama yang populis. Populiseme agama rupanya banyak dikhawatirkan oleh kalangan akademisi politik yang telah keberlangsungan demokratisasi dan stabilitas suatu negara yang kentara atas pengaruhnya di abad ini, Menurut Robert w. Hefner populisme agama yang berkembang di Indonesia dapat dibendung dengan kebinekaan atau semangat persatuan sebagai sarana. Hemat penulis sendiri pun dalam momentum sumpah pemuda ini meyakini bahwa sepatutnya kita sebagi pemuda atau warga negara merawat persatuan dan kesatuan Indonesia sebagai ilham dalam memahami watak dan karakter bangsa./ Habibi

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Muhtadi Burhanuddin. (2015).populisme madu atau racul bagi demokrasi?”. Diperoleh 27 oktober 2018,dari http://www.saifulmujani.com/blogs/populisme-madu-atau-racun-bagi-demokrasi.

Abimanyu.Roy (2019).ulasan buku vedi hadiz: islamic populism in indonesia and the middle east?”. . Diperoleh 27 oktober 2018,dari  https://geopolitik.org/2017/02/09/ulasan-buku-islamic-populism-in-indonesia-and-the-middle-east/#respond

Erdianto Kristian. (2017).Populisme, Kesenjangan, dan Ancaman terhadap Demokrasi. Diperoleh 27 oktober 2018,dari https://nasional.kompas.com/read/2017/01/16/07444731/populisme.kesenjangan.dan.ancaman.terhadap.demokrasi.

Publikasi Iis. (2017).memahami gelombang populime agama yang menerjang amerika serikat dan indonesia. . Diperoleh 27 oktober 2018, dari  http://hi.fisipol.ugm.ac.id/berita/memahami-gelombang-populisme-agama-yang-menerjang-amerika-serikat-dan-indonesia/

Renaldi edi. (2017) Kebangkitan Populisme Agama di Indonesia.Diperoleh 27 oktober 2018,dari https://www.vice.com/id_id/article/bmw37d/kebangkitan-populisme-agama-di-indonesia

Scroll to Top